TEATER
MODERN
Pertemuan ke 10
Simbolisme
dan Stilisasi
·
Realisme dan Naturalisme tidak hanya gerakan baru
untuk membuat diri mereka merasa kuat dalam teater modern. Sebuah kekuatan
perlawanan, sama-sama sangat kuat, sudah terbukti.
·
Perujudan gerakan yang pertama kali diketahui seperti
Simbolisme, dikembangkan dan diperluas ke dalam apa yang kita akan sebut
“Teater Bergaya Modern”, yang bergerak secara bertahap melalui Eropa dan dengan
cepat memulai perlombaan yang sebenarnya lebih maju dari realisme.
Pemberontakan Simbolis
·
Gerakan Simbolis dimulai di Paris sekitar 1880-an
sebagai sebuah usaha bersama seniman, penulis drama, eseis, kritikus, pematung,
dan penyair. Simbolisme memiliki satu tujuan, yakni untuk menundukkan apa yang
dianggap para pengikutnya menjadi sebuah kebangkrutan realisme secara
spiritual, dan untuk menempatkan kembali realisme dalam nilai estetika
tradisional: persajakan, tamsil, kesenangan baru, fantasi, hiburan, kebesaran,
keberanian, pesona, dan besarnya nilai manusia super. Tumpukan kebencian mereka
terhadap detail secara harfiah dan untuk semua keduniawian atau yang biasa dan
yang mereka sungguh-sungguh pertimbangkan, kaum Simbolis menuntut abstraksi,
pembesaran, dan perubahan; semangat kaum Simbolis memuncak dalam encapsulation
puitik, kehadiran drama yang berukuran besar, efek visual fantastik, permulaan
kebiasaan susunan yang mengagetkan, dan pengucapan yang penuh dengan kata-kata
muluk. Kesucian visi ketimbang ketepatan pengamatan, merupakan tujuan kaum
Simbolis, dan inovasi kreatif kesadaran diri sendiri menjadi penyelesaian utama
mereka.
·
Teater Simbolis pertama, didirikan pada 1890 oleh
penyair Paris Paul Fort, yang bakal sebagai penyerang langsung dalam
naturalistik Theatre Libre Andre Antoine, yang didirikan tiga tahun lebih awal.
Teater Fort, Theatre d’Art, bertujuan ”hanya sebuah teater puisi Simbolis
dimana setiap pertunjukannya menunjukkan sebuah peperangan”. Dalam beberapa
pandangan teater Antoine dan Fort memiliki banyak kesamaan: keduanya sama-sama
amatir, keduanya sangat termasyhur, masing-masing melayani pusat ”sekolah”
ideologi artistik yang sama-sama mendapat banyak perhatian dan kontroversi
dalam usaha melahirkan teaterikalitasnya.
·
Tetapi kedua teater itu adalah terus terang, dilakukan
dengan kesengajaan, berperang mempertahankan konsepsinya masing-masing. Ketika
Antoine menghadirkan pertunjukan perdana drama naturalistik dan realistik karya
August Strinberg, Emile Zola, dan Hendrik Ibsen, Fort menghadirkan panggung
puisi dan drama puitik yang keduanya berasal dari penulis kontemporer dan masa
kini semacam French Arthur Rimbaud (1854-1891) dan Paul Verlaine (1844-1896),
penulis Belgia Maurice Maeterlinck (1862-1949), dan penulis Amerika Edgar Allan
Poe (1809-1849). Selanjutnya Antoine akan melakukan seluruh penciptaan pemandangan
untuk dramanya (sebagai contoh, dia mendapatkan sisi daging yang nyata dan
menggantungnya di pengait daging untuk pertunjukannya berjudul The Buchers), Fort memimpin pelukis
kuda-kuda impresionis, termasuk Pierre Bonnard, Maurice Denis, dan Odilon
Redon, untuk memakai panggung dengan gayanya. Bidadari perak (Silver Angels),
kerudung tembus cahaya, dan helaian kertas pembungkus kusut diantara dekor yang
menyokong karya Simbolis pada Theatre d’Art.
·
Teater Fort menciptakan sensasi yang cepat di Paris.
Dengan keberhasilan yang menarik perhatian pada 1880, The Intruder, sebuah fantasi putik dan misterius karya Maeterlinck,
gerakan anti realis benar-benar berbicara dan, seperti Fort memanggil kembali
dalam riwayat hidup singkatnya, ”tangisan dan tepukan pelajar, penyair, dan
seniman meluapkan pencelaan yang sangat besar terhadap borjuis”.
·
Penyebaran gerakan secara cepat seperti pengarang dan
disainer yang memiliki kesadaran terhadap kemungkinan teater yang membebaskan
ketidakleluasaan kemungkinan. Realisme, terus menerus menuai kritik, tak pernah
mengemukakan kejadian sehari-hari pada tingkat seni; jikalau menyeret seni
turun ke dalam kotoran keduniawian. Hal ini melawan semua hal, bahwa teater
berdiri di masa lalu; hal ini memberangus potensi kreativitas artsitik. Segera
kemudian pengarang naturalistik dan realistik seperti Ibsen, Strinberg, Gerhart
Hauptmann, dan George Bernard Shaw muncul dibawah pengaruh Simbolis dan
meninggalkan keasyikan sosial mereka dan kebenaran lingkung-annya untuk
menyaksikan bahasa baru dan tema yang lebih universal. Sebagai unsur tambahan,
pada saat ini penelitian Sigmund Freud menyelaraskan yang diketahui secara
umum, dan teorinya mengenai khayalan mimpi dan dipergunakannya dunia
ketidaksadaran sumber bahan baru untuk panggung.
·
Kembali mengenai abad ini, perlawanan susunan
stilisasi teater oleh kaum Simbolis dimapankan dalam semua sisi: selanjutnya,
pertengahan dekade 1900 menghadirkan kembali satu periode terkaya
eksperimentasi dalam sejarah penulisan drama. Pada akhir dekade ini datang pola
dasar cerita dongeng Hauptmann berjudul The
Sunken Bell (Jerman, 1896), terlampau kartunis dan logika yang tajam dan
pedas (scatalogical) Alfred Jarry berjudul Ubu
Roi (Perancis, 1898), syair liris yang sering muncul dalam ingatan
individualisme Ibsen berjudul When We
Dead Awaken (Norway, 1899), khayalan dan imagis Strinberg berjudul The Dream Play (Sweden, 1902), fabel
puitik evocative William Buttler Yeats berjudul Cathleen ni Houlihan (Irlandia, 1903), kiasan filsafat Shaw
berjudul Man and Superman (England,
1903), dan ketidakterdugaan (whimsical), fantasi bouyant James Barrie berjudul Peter Pan (England, 1904). Hampir setiap
inovasi dramatik yang diikuti hingga saat ini sedikitnya memberi pertanda
dengan satu atau banyak karya yang memiliki kemungkinan berkembang di masa
depan untuk non realistik teater.
·
Pertentangan Simbolik-realis mempengaruhi setiap aspek
produksi teater. Inspirasi-Simbolis sutradara dan disainer, setahap demi
setahap dengan penulis naskah, merubah secara drastis seni pemanggungan dan
dekor untuk mengakomodasi dramaturgi baru yang menggelora dalam teater.
Sutradara realis seperti Antoine dan Stanislavski tiba-tiba menemukan perubahan
dalam diri mereka dengan alasan permusuhan dan pengkhianatan: sebuah sekolah
sutradara Simbolis dan puitik berdiri di Perancis, dan membentuk disiplin
Stanislavski, ”Konstruktivis” Vlesevod Meyerhold, memutuskan hubungan dengan
tokoh Rusia untuk menciptakan gaya pemeranan dan penyutradaraan
“bio-mechanical” non realistik dalam bentuk yang berlawanan pada kemapanan the
Moscow Art Theatre. Dengan kehadiran pencahayaan lampu panggung yang elektrik,
kesempatan untuk penggayaan sangat berkembang: teknologi baru memungkinkan
sutradara modern menciptakan efek panggung yang hidup, kenyataan yang tidak benar-benar
kelihatan, lalu penggunaan bijaksana lampu sorot, bayangan dan cahaya yang
teduh. Teknologi, menambah kecenderungan dalam seni post-impresionis yang
dimapankan di Eropa 1900, menuju disain pakaian dan pemandangan yang secara
radikal berbeda dari realisme. Eksotisme, fantasi, kesenangan sensual belaka,
makna simbolik, dan kemurnian estetik menjadi sasaran para pendisain yang utama
dalam menyatukan pemberontakan terhadap realis.
Pada pertunjukan perdana (drama
realistik Ibsen) Hantu-hantu, Saya tidak
dapat melepaskan diri dari ilusi yang tak saya diketahui sebabnya saat itu.
Semua tokoh kelihatan menjadi sedikit lebih kecil dari ukuran kehidupan;
panggung, lebih dulu kelihatan tetapi panggung kecil Royalty, kelihatan lebih
bear dari pada yang saya lihat sebelumnya. Boneka Whimpering kecil bergerak
kesana kemari di tengah abyss yang luas. Mengapa mereka tidak berbicara keluar
dengan suara keras dan bergerak dengan gerakan tubuh yang bebas? Apakah hal ini
dipertimbangkan melalui jiwa terus menerus? Tentu mereka semua berada dalam
penjara, dan belum berada dalam penjara. Di India terdapat desa yang sangat
patuh terhadap semua tahanan yang mereka gambarkan sebuah lingkaran melalui
bumi dengan majelisnya, dan untuk menjelaskan pencurinya berdiri di sana berjam-jam
lamanya, tetapi apakah hukum yang dimiliki manusia hancur, ketika mereka ingin
mengelilingi lingkaran semua kehidupan mereka?...
Apakah yang
mereka tunjukkan pada kita ...tetapi... untuk menggali kembali suatu seni
teater yang akan mengasyikkan, menghibur, whimsical, cantik, bergema,
dan semuanya sama-sama sembrono.
William
Buttler Yeats
Realisme merupakan pemaknaan
ekspresi yang vulgar diberikan secara buta. Lalu kita menyanyikan lagu
cahaya-terang: ”Kecantik-an adalah Kebenaran, Kecantikan yang sebenarnya
--bahwa semua yang kita ketahui di bumi, dan semua yang butuh kita ketahui”.
Kebutaan adalah mendengar teriakan dengan suara yang serak: “Kecantikan adalah
realisme, Kecantikan Realisme –bahwa semua yang saya ketahui tentang bumi, dan
semua yang saya pelihara untuk diketahui, sangat jelas!” Perbedaan ini
merupakan inti semua cinta. Siapa yang mencintai bumi menyaksikan kecantikan
dimana-mana: dia merupakan pemindahan tuhan oleh pengetahuan yang tidak lengkap
menjadi lengkap. Dia dapat menyembuhkan kepincangan dan penyakit, dapat memukul
keberanian hingga capek, dan dia dapat belajar bagaimana membuat kebutaan dapat
melihat. Kekuatan yang dimiliki selalu kerasukan setan oleh seniman, orang yang
dalam pendapat saya, aturan bumi...
Bagian
penonton yang terbatas mencintai kecantikan dan benci Realisme merupakan sebuah
minoritas kecil enam milyar jiwa. Mereka terpencar-pencar disini dan di sana di
seluruh bumi. Jika sekiranya mereka menyaksikan teater modern, hanya sesekali.
Itulah sebabnya mengapa saya mencintai mereka, dan bermaksud untuk menyatukan
mereka.
Gordon Craig
Manusia yang kita sebut sutradara
sekarang, yang bekerja semata-mata menggabungkan kelengkapan susunan panggung,
keinginan, dalam dramatik puitik, aturan tokoh pelatih lalim drama yang
bertujuan memahami bagaimana persiapan studi memerlukan susunan panggung yang
banyak, keperluan setiap unsur pemandangan produksi agar tercipta sintesis
artistik, menghidupkan kembali segala sesuatu di bawah pengawasannya dengan
mengorbankan aktor, orang yang akhirnya harus dikuasai ... upaya prinsip
sebagai sutradara akan meyakinkan anggota individual kelompok pemerannya, bahwa
hanya penundukan kepribadian mereka yang sulit untuk menyatukan pertunjukan
akan menciptakan sebuah hasil penting. Dia akan lebih suka memimpin orkestra;
efeknya akan menjadi sebuah daya tarik tersendiri.
Adolphe Appia
·
Dalam beberapa kekaguman, Simbolis bertujuan
menggantikan mimpi dari keasliannya. Seni teater Paul Fort, meskipun berakhir
tetapi sangat mutakhir, keturunan spiritualnya sekarang ini berada di setiap
kota di dunia Barat dimana teater dipertunjukkan.
Jika kita ingat bahwa gerakan
aktor, tingkatan pewarnaan cahaya lampu, merupakan dua unsur gambar panggung
yang berbeda dari lukisan, kita tidak akan menemukan kesulitan untuk
menciptakan seni terbaik panggung sebagai sebuah kebenaran seni murni. Tuan
Gordon Craig telah melakukan sesuatu yang indah dengan penataan cahaya lampu,
tetapi dia tidak terlalu tertarik pada aktor, dan arus pencahayaan langsung
warna lampunya, cantik, akan selalu kelihatan, sebagai bagian peristiwa yang
tentu luar biasa, tampak luar yang baru. Kita akan sedikit bergairah, tetapi
untuk semua peristiwa luar biasa, juga, cahaya yang mebayang, seperti siang
hari, dan hal ini mungkin bahwa cahaya memantulkan cermin dengan memberikan apa
yang kita butuhkan.
Tuan Appia dan tuan Fortuny membuat eksperimen
pemanggung-an Wagner untuk teater primitif di Paris, tetapi saya tidak dapat
memahami apa yang tuan Appia lakukan, dari sedikit tulisannya yang saya lihat,
kecuali bahwa lantai panggung akan menjadi tidak rata seperti tanah, dan bahwa
peristiwa pencahayaan dan bayangan hijau akan menjatuhkan pemain, bahwa
panggung memperlihatkan seseorang ingin melewati kayu, dan tanpa sebatang kayu
dengan manusia di tengahnya. Seseorang menyetujui dengan semua bagian
penghancuran kritisismenya, tetapi hal ini kelihatan agar supaya dirinya
sendiri kelihatan, tanpa konvensi, tetapi realisme lebih sempurna.
Saya tidak dapat meyakinkan
diri saya sendiri bahwa gerakan kehidupan diikuti oleh pandangan ini, untuk
kehidupan yang bergerak dengan denyut yang bergetar, dengan reaksi dan aksi.
Waktu konvensi dan dekorasi dan upacara datang kembali
· William Butler Yeats
Ringkasan: Perkembangan Simbolisme
Gerakan
simbolis itu sendiri hidup singkat. Pada intinya sebuah gerakan yang negatif: penganutnya mengutamakan
kesatuan apa yang mereka lawan. Dalam kesenian dan estetika, gerakan negatif
tak dapat lebih lama, untuk seni, akhirnya sebuah proses yang konstruktif,
bukan proses yang destruktif. Dengan berbulan-bulan kemajuan simbolis,
bagaimanapun juga, simbolis sebagai sebuah gerakan seperti telah ditinggalkan
oleh pendiri dan pengikutnya. Kemanakah mereka pergi? Ditinggalkan
gerakan-gerakan yang lebih baru: Futurisme, Dadaisme, Idealisme, Estetisisme,
Impresionisme, Ekspresionisme, Konstruktivisme, Esoterisisme, Surealisme,
Formalisme, Teaterikalisme, dan barangkali ribuan isme lainnya telah hilang
oleh waktu.
Paruh ketiga abad ini, selanjutnya merupakan era
teaterikalisme, sebuah era yang kaya dengan melanjutkan eksperimentasi dengan
gerakan kesadaran-diri sendiri yang kelihatan mendefenisikan kembali seni
teater. “Isme-isme” teater muncul seperti jamur, masing-masing mengucapkan
kredo dan manifesto yang dimilikinya, masing-masing mengingatkan suatu seni
yang lebih baik --paling tidak, tentunya sebuah dunia yang lebih baik. Ini
merupakan sebuah era yang penuh semangat bagi teater, untuk keluar dari
tumpukan maupun campuran isme-isme estetika seni drama yang meletakkan makna
sosial dan politik baru dalam budaya kapital Eropa dan Amerika: sebuah drama
yang berhasil tidak semata-mata karena drama itu sendiri, ia menandakan sebuah
kasus, dan disamping itu kasus ini merupakan tubuh pendukung yang setia, dan
pengikut yang membentuk sebuah kedalaman komitmen estetika.
Tidak pernah ada semangat isme
yang benar-benar seperti keadaan sekarang ini, bagi kita yang kehilangan
pengaruh sosial, dapat mengembalikan sebuah gerakan estetik ke dalam
kepercaya-an kolektif yang besar. Tetapi eksperimen dan penggalian pada awal
abad ini, dan semangat non realis Simbolisme itu sendiri, diperjuangkan dan
tumbuh dengan subur dalam beragam bentuk: Teater Ritual, Teater Puitik, Teater
Keramat, Teater Kacau, Teater Eksistensialis, Seni Teater, Teater Garda Depan,
Teater Absurd, dan Teater Alienasi. kelompok yang paling akhir, tidak seperti
isme, merupakan penegasan-kritis ketimbang penegasan-seniman; memang, banyak
seniman teater sekarang menolak ”pengelompok-an” tatanan apapun. Bagaimanapun
juga, format itu meneruskan pengelompokan yang dapat menunjukkan refleksi
pendekatan umum terhadap susunan, gaya, dan eksperimentasi yang dimulai
Simbolis di akhir abad sembilan belas.
Topik Diskusi
1.
Gerakan-gerakan, isme, hingga filosofi berteater yang
kita saksikan pada Simbolisme ini, seperti hendak mengatakan kepada kita, bahwa
”banyak jalan menuju teater”. Bagaimana pendapat anda tentang hal ini?
2.
Mengapa Simbolisme begitu ambisius untuk menumbangkan
Realisme yang lebih banyak ”digemari” masyarakat?
3.
Apabila anda disuguhi teater Simbolis dan Realis, mana
yang anda pilih. Sebutkan alasan anda!
4.
Apakah anda pernah menemui teater Simbolis di
lingkungan anda? Cobalah cari, mengapa teater Simbolis itu ada atau tidak ada
di lingkungan anda!
5.
Apakah yang anda pahami tentang teater Simbolis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar