Selasa, 02 Oktober 2012


TEATER MODERN
Pertemuan ke 10

Simbolisme dan Stilisasi

·       Realisme dan Naturalisme tidak hanya gerakan baru untuk membuat diri mereka merasa kuat dalam teater modern. Sebuah kekuatan perlawanan, sama-sama sangat kuat, sudah terbukti.
·       Perujudan gerakan yang pertama kali diketahui seperti Simbolisme, dikembangkan dan diperluas ke dalam apa yang kita akan sebut “Teater Bergaya Modern”, yang bergerak secara bertahap melalui Eropa dan dengan cepat memulai perlombaan yang sebenarnya lebih maju dari realisme.

Pemberontakan Simbolis

·       Gerakan Simbolis dimulai di Paris sekitar 1880-an sebagai sebuah usaha bersama seniman, penulis drama, eseis, kritikus, pematung, dan penyair. Simbolisme memiliki satu tujuan, yakni untuk menundukkan apa yang dianggap para pengikutnya menjadi sebuah kebangkrutan realisme secara spiritual, dan untuk menempatkan kembali realisme dalam nilai estetika tradisional: persajakan, tamsil, kesenangan baru, fantasi, hiburan, kebesaran, keberanian, pesona, dan besarnya nilai manusia super. Tumpukan kebencian mereka terhadap detail secara harfiah dan untuk semua keduniawian atau yang biasa dan yang mereka sungguh-sungguh pertimbangkan, kaum Simbolis menuntut abstraksi, pembesaran, dan perubahan; semangat kaum Simbolis memuncak dalam encapsulation puitik, kehadiran drama yang berukuran besar, efek visual fantastik, permulaan kebiasaan susunan yang mengagetkan, dan pengucapan yang penuh dengan kata-kata muluk. Kesucian visi ketimbang ketepatan pengamatan, merupakan tujuan kaum Simbolis, dan inovasi kreatif kesadaran diri sendiri menjadi penyelesaian utama mereka.
·       Teater Simbolis pertama, didirikan pada 1890 oleh penyair Paris Paul Fort, yang bakal sebagai penyerang langsung dalam naturalistik Theatre Libre Andre Antoine, yang didirikan tiga tahun lebih awal. Teater Fort, Theatre d’Art, bertujuan ”hanya sebuah teater puisi Simbolis dimana setiap pertunjukannya menunjukkan sebuah peperangan”. Dalam beberapa pandangan teater Antoine dan Fort memiliki banyak kesamaan: keduanya sama-sama amatir, keduanya sangat termasyhur, masing-masing melayani pusat ”sekolah” ideologi artistik yang sama-sama mendapat banyak perhatian dan kontroversi dalam usaha melahirkan teaterikalitasnya.
·       Tetapi kedua teater itu adalah terus terang, dilakukan dengan kesengajaan, berperang mempertahankan konsepsinya masing-masing. Ketika Antoine menghadirkan pertunjukan perdana drama naturalistik dan realistik karya August Strinberg, Emile Zola, dan Hendrik Ibsen, Fort menghadirkan panggung puisi dan drama puitik yang keduanya berasal dari penulis kontemporer dan masa kini semacam French Arthur Rimbaud (1854-1891) dan Paul Verlaine (1844-1896), penulis Belgia Maurice Maeterlinck (1862-1949), dan penulis Amerika Edgar Allan Poe (1809-1849). Selanjutnya Antoine akan melakukan seluruh penciptaan pemandangan untuk dramanya (sebagai contoh, dia mendapatkan sisi daging yang nyata dan menggantungnya di pengait daging untuk pertunjukannya berjudul The Buchers), Fort memimpin pelukis kuda-kuda impresionis, termasuk Pierre Bonnard, Maurice Denis, dan Odilon Redon, untuk memakai panggung dengan gayanya. Bidadari perak (Silver Angels), kerudung tembus cahaya, dan helaian kertas pembungkus kusut diantara dekor yang menyokong karya Simbolis pada Theatre d’Art.
·       Teater Fort menciptakan sensasi yang cepat di Paris. Dengan keberhasilan yang menarik perhatian pada 1880, The Intruder, sebuah fantasi putik dan misterius karya Maeterlinck, gerakan anti realis benar-benar berbicara dan, seperti Fort memanggil kembali dalam riwayat hidup singkatnya, ”tangisan dan tepukan pelajar, penyair, dan seniman meluapkan pencelaan yang sangat besar terhadap borjuis”.
·       Penyebaran gerakan secara cepat seperti pengarang dan disainer yang memiliki kesadaran terhadap kemungkinan teater yang membebaskan ketidakleluasaan kemungkinan. Realisme, terus menerus menuai kritik, tak pernah mengemukakan kejadian sehari-hari pada tingkat seni; jikalau menyeret seni turun ke dalam kotoran keduniawian. Hal ini melawan semua hal, bahwa teater berdiri di masa lalu; hal ini memberangus potensi kreativitas artsitik. Segera kemudian pengarang naturalistik dan realistik seperti Ibsen, Strinberg, Gerhart Hauptmann, dan George Bernard Shaw muncul dibawah pengaruh Simbolis dan meninggalkan keasyikan sosial mereka dan kebenaran lingkung-annya untuk menyaksikan bahasa baru dan tema yang lebih universal. Sebagai unsur tambahan, pada saat ini penelitian Sigmund Freud menyelaraskan yang diketahui secara umum, dan teorinya mengenai khayalan mimpi dan dipergunakannya dunia ketidaksadaran sumber bahan baru untuk panggung.
·       Kembali mengenai abad ini, perlawanan susunan stilisasi teater oleh kaum Simbolis dimapankan dalam semua sisi: selanjutnya, pertengahan dekade 1900 menghadirkan kembali satu periode terkaya eksperimentasi dalam sejarah penulisan drama. Pada akhir dekade ini datang pola dasar cerita dongeng Hauptmann berjudul The Sunken Bell (Jerman, 1896), terlampau kartunis dan logika yang tajam dan pedas (scatalogical) Alfred Jarry berjudul Ubu Roi (Perancis, 1898), syair liris yang sering muncul dalam ingatan individualisme Ibsen berjudul When We Dead Awaken (Norway, 1899), khayalan dan imagis Strinberg berjudul The Dream Play (Sweden, 1902), fabel puitik evocative William Buttler Yeats berjudul Cathleen ni Houlihan (Irlandia, 1903), kiasan filsafat Shaw berjudul Man and Superman (England, 1903), dan ketidakterdugaan (whimsical), fantasi bouyant James Barrie berjudul Peter Pan (England, 1904). Hampir setiap inovasi dramatik yang diikuti hingga saat ini sedikitnya memberi pertanda dengan satu atau banyak karya yang memiliki kemungkinan berkembang di masa depan untuk non realistik teater.
·       Pertentangan Simbolik-realis mempengaruhi setiap aspek produksi teater. Inspirasi-Simbolis sutradara dan disainer, setahap demi setahap dengan penulis naskah, merubah secara drastis seni pemanggungan dan dekor untuk mengakomodasi dramaturgi baru yang menggelora dalam teater. Sutradara realis seperti Antoine dan Stanislavski tiba-tiba menemukan perubahan dalam diri mereka dengan alasan permusuhan dan pengkhianatan: sebuah sekolah sutradara Simbolis dan puitik berdiri di Perancis, dan membentuk disiplin Stanislavski, ”Konstruktivis” Vlesevod Meyerhold, memutuskan hubungan dengan tokoh Rusia untuk menciptakan gaya pemeranan dan penyutradaraan “bio-mechanical” non realistik dalam bentuk yang berlawanan pada kemapanan the Moscow Art Theatre. Dengan kehadiran pencahayaan lampu panggung yang elektrik, kesempatan untuk penggayaan sangat berkembang: teknologi baru memungkinkan sutradara modern menciptakan efek panggung yang hidup, kenyataan yang tidak benar-benar kelihatan, lalu penggunaan bijaksana lampu sorot, bayangan dan cahaya yang teduh. Teknologi, menambah kecenderungan dalam seni post-impresionis yang dimapankan di Eropa 1900, menuju disain pakaian dan pemandangan yang secara radikal berbeda dari realisme. Eksotisme, fantasi, kesenangan sensual belaka, makna simbolik, dan kemurnian estetik menjadi sasaran para pendisain yang utama dalam menyatukan pemberontakan terhadap realis.
Pada pertunjukan perdana (drama realistik Ibsen) Hantu-hantu, Saya tidak dapat melepaskan diri dari ilusi yang tak saya diketahui sebabnya saat itu. Semua tokoh kelihatan menjadi sedikit lebih kecil dari ukuran kehidupan; panggung, lebih dulu kelihatan tetapi panggung kecil Royalty, kelihatan lebih bear dari pada yang saya lihat sebelumnya. Boneka Whimpering kecil bergerak kesana kemari di tengah abyss yang luas. Mengapa mereka tidak berbicara keluar dengan suara keras dan bergerak dengan gerakan tubuh yang bebas? Apakah hal ini dipertimbangkan melalui jiwa terus menerus? Tentu mereka semua berada dalam penjara, dan belum berada dalam penjara. Di India terdapat desa yang sangat patuh terhadap semua tahanan yang mereka gambarkan sebuah lingkaran melalui bumi dengan majelisnya, dan untuk menjelaskan pencurinya berdiri di sana berjam-jam lamanya, tetapi apakah hukum yang dimiliki manusia hancur, ketika mereka ingin mengelilingi lingkaran semua kehidupan mereka?...
Apakah yang mereka tunjukkan pada kita ...tetapi... untuk menggali kembali suatu seni teater yang akan mengasyikkan, menghibur, whimsical, cantik, bergema, dan semuanya sama-sama sembrono.
William Buttler Yeats

Realisme merupakan pemaknaan ekspresi yang vulgar diberikan secara buta. Lalu kita menyanyikan lagu cahaya-terang: ”Kecantik-an adalah Kebenaran, Kecantikan yang sebenarnya --bahwa semua yang kita ketahui di bumi, dan semua yang butuh kita ketahui”. Kebutaan adalah mendengar teriakan dengan suara yang serak: “Kecantikan adalah realisme, Kecantikan Realisme –bahwa semua yang saya ketahui tentang bumi, dan semua yang saya pelihara untuk diketahui, sangat jelas!” Perbedaan ini merupakan inti semua cinta. Siapa yang mencintai bumi menyaksikan kecantikan dimana-mana: dia merupakan pemindahan tuhan oleh pengetahuan yang tidak lengkap menjadi lengkap. Dia dapat menyembuhkan kepincangan dan penyakit, dapat memukul keberanian hingga capek, dan dia dapat belajar bagaimana membuat kebutaan dapat melihat. Kekuatan yang dimiliki selalu kerasukan setan oleh seniman, orang yang dalam pendapat saya, aturan bumi...
Bagian penonton yang terbatas mencintai kecantikan dan benci Realisme merupakan sebuah minoritas kecil enam milyar jiwa. Mereka terpencar-pencar disini dan di sana di seluruh bumi. Jika sekiranya mereka menyaksikan teater modern, hanya sesekali. Itulah sebabnya mengapa saya mencintai mereka, dan bermaksud untuk menyatukan mereka.

Gordon Craig



Manusia yang kita sebut sutradara sekarang, yang bekerja semata-mata menggabungkan kelengkapan susunan panggung, keinginan, dalam dramatik puitik, aturan tokoh pelatih lalim drama yang bertujuan memahami bagaimana persiapan studi memerlukan susunan panggung yang banyak, keperluan setiap unsur pemandangan produksi agar tercipta sintesis artistik, menghidupkan kembali segala sesuatu di bawah pengawasannya dengan mengorbankan aktor, orang yang akhirnya harus dikuasai ... upaya prinsip sebagai sutradara akan meyakinkan anggota individual kelompok pemerannya, bahwa hanya penundukan kepribadian mereka yang sulit untuk menyatukan pertunjukan akan menciptakan sebuah hasil penting. Dia akan lebih suka memimpin orkestra; efeknya akan menjadi sebuah daya tarik tersendiri.

Adolphe Appia


·       Dalam beberapa kekaguman, Simbolis bertujuan menggantikan mimpi dari keasliannya. Seni teater Paul Fort, meskipun berakhir tetapi sangat mutakhir, keturunan spiritualnya sekarang ini berada di setiap kota di dunia Barat dimana teater dipertunjukkan.



Jika kita ingat bahwa gerakan aktor, tingkatan pewarnaan cahaya lampu, merupakan dua unsur gambar panggung yang berbeda dari lukisan, kita tidak akan menemukan kesulitan untuk menciptakan seni terbaik panggung sebagai sebuah kebenaran seni murni. Tuan Gordon Craig telah melakukan sesuatu yang indah dengan penataan cahaya lampu, tetapi dia tidak terlalu tertarik pada aktor, dan arus pencahayaan langsung warna lampunya, cantik, akan selalu kelihatan, sebagai bagian peristiwa yang tentu luar biasa, tampak luar yang baru. Kita akan sedikit bergairah, tetapi untuk semua peristiwa luar biasa, juga, cahaya yang mebayang, seperti siang hari, dan hal ini mungkin bahwa cahaya memantulkan cermin dengan memberikan apa yang kita butuhkan.
Tuan Appia dan tuan Fortuny membuat eksperimen pemanggung-an Wagner untuk teater primitif di Paris, tetapi saya tidak dapat memahami apa yang tuan Appia lakukan, dari sedikit tulisannya yang saya lihat, kecuali bahwa lantai panggung akan menjadi tidak rata seperti tanah, dan bahwa peristiwa pencahayaan dan bayangan hijau akan menjatuhkan pemain, bahwa panggung memperlihatkan seseorang ingin melewati kayu, dan tanpa sebatang kayu dengan manusia di tengahnya. Seseorang menyetujui dengan semua bagian penghancuran kritisismenya, tetapi hal ini kelihatan agar supaya dirinya sendiri kelihatan, tanpa konvensi, tetapi realisme lebih sempurna.

Saya tidak dapat meyakinkan diri saya sendiri bahwa gerakan kehidupan diikuti oleh pandangan ini, untuk kehidupan yang bergerak dengan denyut yang bergetar, dengan reaksi dan aksi. Waktu konvensi dan dekorasi dan upacara datang kembali
·       William Butler Yeats

Ringkasan: Perkembangan Simbolisme

Gerakan simbolis itu sendiri hidup singkat. Pada intinya sebuah gerakan yang negatif: penganutnya mengutamakan kesatuan apa yang mereka lawan. Dalam kesenian dan estetika, gerakan negatif tak dapat lebih lama, untuk seni, akhirnya sebuah proses yang konstruktif, bukan proses yang destruktif. Dengan berbulan-bulan kemajuan simbolis, bagaimanapun juga, simbolis sebagai sebuah gerakan seperti telah ditinggalkan oleh pendiri dan pengikutnya. Kemanakah mereka pergi? Ditinggalkan gerakan-gerakan yang lebih baru: Futurisme, Dadaisme, Idealisme, Estetisisme, Impresionisme, Ekspresionisme, Konstruktivisme, Esoterisisme, Surealisme, Formalisme, Teaterikalisme, dan barangkali ribuan isme lainnya telah hilang oleh waktu.
Paruh ketiga abad ini, selanjutnya merupakan era teaterikalisme, sebuah era yang kaya dengan melanjutkan eksperimentasi dengan gerakan kesadaran-diri sendiri yang kelihatan mendefenisikan kembali seni teater. “Isme-isme” teater muncul seperti jamur, masing-masing mengucapkan kredo dan manifesto yang dimilikinya, masing-masing mengingatkan suatu seni yang lebih baik --paling tidak, tentunya sebuah dunia yang lebih baik. Ini merupakan sebuah era yang penuh semangat bagi teater, untuk keluar dari tumpukan maupun campuran isme-isme estetika seni drama yang meletakkan makna sosial dan politik baru dalam budaya kapital Eropa dan Amerika: sebuah drama yang berhasil tidak semata-mata karena drama itu sendiri, ia menandakan sebuah kasus, dan disamping itu kasus ini merupakan tubuh pendukung yang setia, dan pengikut yang membentuk sebuah kedalaman komitmen estetika.
Tidak pernah ada semangat isme yang benar-benar seperti keadaan sekarang ini, bagi kita yang kehilangan pengaruh sosial, dapat mengembalikan sebuah gerakan estetik ke dalam kepercaya-an kolektif yang besar. Tetapi eksperimen dan penggalian pada awal abad ini, dan semangat non realis Simbolisme itu sendiri, diperjuangkan dan tumbuh dengan subur dalam beragam bentuk: Teater Ritual, Teater Puitik, Teater Keramat, Teater Kacau, Teater Eksistensialis, Seni Teater, Teater Garda Depan, Teater Absurd, dan Teater Alienasi. kelompok yang paling akhir, tidak seperti isme, merupakan penegasan-kritis ketimbang penegasan-seniman; memang, banyak seniman teater sekarang menolak ”pengelompok-an” tatanan apapun. Bagaimanapun juga, format itu meneruskan pengelompokan yang dapat menunjukkan refleksi pendekatan umum terhadap susunan, gaya, dan eksperimentasi yang dimulai Simbolis di akhir abad sembilan belas.

Topik Diskusi

1.    Gerakan-gerakan, isme, hingga filosofi berteater yang kita saksikan pada Simbolisme ini, seperti hendak mengatakan kepada kita, bahwa ”banyak jalan menuju teater”. Bagaimana pendapat anda tentang hal ini?
2.    Mengapa Simbolisme begitu ambisius untuk menumbangkan Realisme yang lebih banyak ”digemari” masyarakat?
3.    Apabila anda disuguhi teater Simbolis dan Realis, mana yang anda pilih. Sebutkan alasan anda!
4.    Apakah anda pernah menemui teater Simbolis di lingkungan anda? Cobalah cari, mengapa teater Simbolis itu ada atau tidak ada di lingkungan anda!
5.    Apakah yang anda pahami tentang teater Simbolis?


Bersambung ke Pertemuan 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar