Selasa, 02 Oktober 2012


TEATER MODERN
Pertemuan ke 8

Realisme


·       Gerakan yang lebih dapat menembus dan berdampak pada kehidupan panjang dalam teater modern, adalah realisme.
·       Realisme mencoba untuk menciptakan sebuah drama tanpa konvensi atau abstraksi, melalui penyesuaian sederhana dengan kehidupan itu sendiri. Kesamaan pada kehidupan merupakan tujuan realisme, dan dalam pencapaian tujuan itu, mengidealkan atau mempercantik latar atau dekorasi, penggambaran dibuat semutakhir mungkin, dan kostum serta pertunjukan disesuaikan dengan mode yang berkembang.
·       Realisme merupakan filosofi estetik yang memperdayakan, memukau atau menakjubkan, ketika teater selalu menempatkan kehidupan nyata sebagai subjek fundamentalnya, dan realisme kelihatan sekejap mata menjadi gaya yang pantas dengan pendekatan realitas suatu keberadaan. Sebagai pengganti watak yang dihadirkan aktor, dapat dikatakan realistik, lihatlah aktor itu ketika menjadi tokoh tertentu; sebagai pengganti dialog terdapat percakapan, yakni dialog yang merupakan percakapan; sebagai pengganti pemandangan dan kostum yang menyampaikan rasa waktu dan tempat serta atmosfir, lihatlah pemandangan yang secara sungguh-sungguh dapat ditempati, dan kostum yang merupakan pakaian yang sebenarnya.
·       Ideologi realisme telah diuji, selama tahun-tahun terakhir abad sembilan belas dan tahun-tahun pertama abad dua puluh hingga sekarang ini, dalam setiap aspek –pemeranan, penyutradaan, disain, dan penulisan-- dan hasil ujian bentuk tubuh teater semuanya dengan keabsahan dan penuh makna, dan sebuah gaya yang signifikan tetap dipentingkan.
·       Pada pokoknya, teater realistik dipahami menjadi laboratori dalam alam yang saling berhubungan, atau kesakitan masyarakat atau gejala disfungsi keluarga yang “secara objektif” menjadi kesejukan ketika kata akhir penonton yang mengamati, berujud tanpa pemihakan. Setiap aspek teater realistik dengan sangat akurat mengikuti “metode ilmu pengetahuan ilmiah” dari laboratorium; tak ada jaringan yang salah. Latar yang menyerupai tempat terjadinya suatu peristiwa yang ditentukan lakon sebagaimana segala sesuatunya memungkinkan diteliti; memang hal ini bukan luar biasa untuk banyak dekor yang diperoleh dari lingkungan kehidupan-nyata yang dipindahkan ke teater (dalam satu contoh yang sangat terkenal, produser Amerika David Belasco pergi ke tempat yang sangat jauh untuk pembelian sebuah restoran New York, membongkarnya, dan membangun kembali dengan membagi panggung Broadwaynya). Pakaian usang dengan perwatakan dalam teater realistik mengikuti pakaian yang sebenarnya dari ”kenyataan” orang-orang dengan status sosialnya tertentu; dialog diucapkan seperti penciptaan-kembali irama dan ekspresi kehidupan sehari-hari.
·       Pada awalnya gerakan panggung prosenium realis dimodifikasikan untuk mengakomodasi naskah lakon dengan dekor yang dibangun dalam susunan kotak, dinding diberikan penuh dimensi dan lemari buku yang nyata, jendela, perapian, pintu yang mengikuti arus mode mutakhir dan seterusnya, dibangun di dinding sebagaimana mereka dalam ruangan di rumah. Dalam konteks yang sama, pemeranan realistik dipertimbangkan secara efektif sejauh sebagaimana tergambar dalam kebiasaan hidup, dan sejauh seperti aktor yang kelihatan berbicara sungguh-sungguh kepada yang lain sebagai pengganti permainan bagi penonton. Sebuah prinsip estetika baru menimbulkan: ”teater dinding keempat”, yang mana kehidupan di atas panggung dipahami menjadi sama seperti kehidupan di dalam kehidupan-nyata, kecuali dalam kasus panggung satu dinding --prosenium terbuka-- yang digerakkan kembali. Lalu teater ”dinding keempat” seperti laboratorium teleskop dan panggung seperti slide mokroskopis: lingkungan kehidupan disusun untuk pengamatan yang lugas melalui pengamatan yang netral.
·       Selanjutnya realisme menghadirkan penontonnya dengan banyak ”fakta-fakta” kehidupan-nyata yang kelihatan, dan memberikan kesempatan setiap penonton untuk sampai pada kesimpulan yang dimilikinya. Beberapa bentuk fakta-fakta ini sama-sama meyakinkannya dengan pengarang dan pemain, tetapi banyak rangsangan teater realistik disebabkan oleh kebebasan pemahaman sejati yang disediakan penonton, dan dengan ketepatan penokohan, tindak tanduk yang cukup kekeluargaan untuk menyeimbangkan pertunjukan bahwa mereka dengan mudah memahami dan mengidentifikasinya dengan kehidupan sehari-hari.
·       Selain itu, dalam menghadirkan fakta-faktanya dari permukaan kehidupan, realisme mendorong kita untuk mempelajari misteri kebenaran yang tak terucapkan melalui setiap maksud yang terkandung dalam drama realistik. Watak pemeran realisme, seperti manusia dalam kehidupan, yang ditampilkan secara detail atau rinci, ketimbang simbol atau idealisasi abstrak: seperti manusia yang kita ketahui, mereka pada akhirnya tak dapat diduga, antara manusia yang kompleks ketimbang kemutlakan ideologis.
·       Keberhasilan realisme sangat mapan: karena itu, realisme salah satu gaya drama yang sangat dominan hingga saat ini. Pada saat ini, ketika keahlian dan pertunjukan yang dilakukan seniman terlatih, teater realistik dapat menimbulkan kekuatan empati penonton secara sungguh-sungguh dengan kebaikan pengetahuan dan kejernihan yang membawanya kepada peristiwa dunia-nyata. Dalam memberikan kita perwatakan, penulis realis memberikan kita teman: kawan bertualang dalam perjalanan penjelajahan manusia dengan orang yang kita dapat bandingkan pemikiran dan perasaannya. Dalam ketidaktentuan dan ragu-ragu bercampur takut, bermuram durja, berbicara terputus-putus, dan melalui kalimat percakapan perwatakan ini kita mengenal diri kita sendiri, dan dalam pengenalan itu kita memperoleh pemahaman kekuatan yang kita miliki dan memberikan arah bagi kerja keras manusia.
·       Pelopor Realisme: Teater realistik telah dimulai pada masa empat tahun melalui karya perdana Rumah Boneka (A Doll’s Hause, 1879), Hantu-hantu (Ghost, 1881), Sampah Masyarakat (An Enemy of the People, 1882), tiga drama oleh pengarang Norwegia Hendrik Ibsen. Awal karirnya, Ibsen menjadi sutradara panggung dan penyair dramatik, dan karya sebelumnya untuk teater mencakup drama-puisi epik/Romantik yang bagus sekali Peer Gynt (1867). Dengan tiga drama, yang menguraikan tentang permasalahan aturan wanita dalam masyarakat, penyakit turunan dan membunuh rasa belas kasihan, serta kemunafikan politik, dia akhirnya kembali pada gaya realistik. Orang biasa mendiami dunia realistik Ibsen, permasalahan ditujukan dalam pengaruh drama suami-istri yang biasa, anak-ibu, dan hubungan sanak saudara, dimainkan dalam rumah yang biasa. Drama-drama ini, termasuk ukuran yang kontroversial pada masa mereka, tetap memakai kekuatan yang jitu setiap hari dan masih memiliki kekuatan untuk memberi pelajaran, untuk bergerak, dan juga mengejutkan. Alasan pada dampak terakhir terletak pada pilihan permasalahan Ibsen dan keahliannya dalam menunjukkan dua sisi kejiwaan yang rinci melalui pengungkapan yang cerdas.
·       Teater realistik menyebar dengan cepat melalui Eropa seperti kontroversi yang ada disekeliling drama Ibsen dan tema yang merangsang penulis lain untuk berbuat hal yang demikian pula. Hasilnya adalah perkembangbiakan “persoalan drama” seperti sering mereka sebutkan, yakni memusatkan perhatian pada keturunan kemasyarakat melalui gambaran drama realistik. Di Jerman, Gerhart Hauptmann menggali keadaan klas proletar dan menengah dalam beberapa karyanya, yang sangat terkenal dari puncak karyanya The Weavers (1892). Di Inggris, penulis kelahiran Irlandia George Benard Shaw menciptakan realisme komedi melalui yang dia tujukan pada masalah tuan tanah perkampungan yang miskin dan kotor (dalam Widower’s Houses, 1892), pelacuran (dalam Mrs Warren’s Profession, 1902), dan kemiskinan masyarakat urban (dalam Major Barbara, 1905). Di Perancis, melalui penemuan inovatif sutradara Andre Antoine, Eugene Brieux menulis seri problem drama realistik yang mencakup Damaged Goods (1902), yang menjelaskan tentang sipilis, dan Maternity (1903), yang menjelaskan kontrol kelahiran. Dengan kembalinya abad realisme pada pokoknya merupakan bentuk dramatik standar di Eropa.
·       Di Indonesia, teater realis bisa dilihat pada teater tradisional, terutama dalam aspek pemeranan dan penyutradaraan. Sedangkan dalam aspek lain, terutama pada disain baru dapat kita temukan sekitar pada tahun 1960-an, ketika berdirinya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), maipun Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (Asdrafi) di Yogyakarta.
·       Unsur realistik dalam teater merupakan salah satu realitas yang dapat diamati kemiripannya. Ini merupakan sebuah kebenaran fotografis. Kita menerapkan istilah realistik pada unsur teater yang menunjukkan pengamatan masyarakat, tempat dan peristiwa kita. Teater realistik mengikuti logika kehidupan sehari-hari yang dapat diduga: hukum gravitas, waktu yang menempatkan seseorang pada perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, pandangan ruang dalam rumah yang kelihatan, pandangan pakaian seseorang. Dengan pendekatan realistik sesuai untuk pengharapan kita yang normal. Perilaku imajinasi penonton disebutkan dalam latihan realisme merupakan persetujuan pandangan yang disaksikan di atas panggung tidak membuat percaya tetapi kehidupan yang nyata.
·       Kita sungguh akrab dengan realisme dalam film dan televisi. Bagian dari alasan mekanis. Kamera mereka apa yang “terlihat” lensa. Begitu pula dengan ruangan di rumah, mobil di jalanan, atau the Grand Canyon, film menangkap pemandangan seperti mata melihatnya.
·       Teater selalu memiliki unsur realistik juga. Setiap tipe teater yang tidak murni fantasi memiliki aspek realistik. Sebagai contoh, perwatakan yang mengharuskan untuk menghadirkan orang secara nyata harus didukung kebenaran manusia yang penonton dapat mempercayai.

 

Ringkasan


Daftar Perbedaan Konvensi Teknik Realistik
dan Non-Realistik dalam Teater

No.

Teknik Realistik

Konsep Pendekatan
Teknik Non-Realistik
1.       
Penonton mengetahui peristiwa yang terjadi atau mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari: A Streetcar Named Desire karya Tennessee Williams

Cerita

Peristiwa tidak terjadi dalam kehidupan nyata, tetapi hanya dalam imajinasi: Kota Kita karya Tornton Wilder
2.       
Tindakan dibatasai pada tempat yang nyata: The Little Fox karya Lilian Hellman

Struktur

Mempergunakan waktu dan tempat yang berubah-ubah: The Dream Play karya August Strinberg
3.       
Kemanusiaan yang dapat dikenal, seperti keluarga --ibu, bapak, dan dua anaknya-- Long Day’s Journey into Night karya Eugene O’Neill

Perwatakan

Tokoh yang tidak nyata seperti Hantu ayah Hamlet dalam Hamlet, Tiga Tukang Sihir Wanita dalam Machbeth, atau orang yang berubah menjadi binatang dalam Rhinoceros karya Eugene Ionesco
4.       
Pemain menggambarkan orang seperti mereka menunjukkan reaksi dalam kehidupan sehari-hari: Nora Helmer dalam A Doll’s House karya Hendrik Ibsen

Pemeranan

Pemain bertindak seperti hantu dan binatang; mereka juga ikut serta menyanyi, menari, akrobat, dan senam dalam komedi musikal atau sebuah bagian dari seni pertunjukan
5.       
Dialog atau percakapan biasa: The Glass Menagerie karya William

Bahasa

Puisi seperti Romeo berbicara dengan Juliet dalam drama Sha-kespeare; atau lagu “Tonight” yang dinyanyikan untuk Maria dalam musikal West Side Story
6.       
Ruang rumah yang nyata, seperti dalam The Cherry Orchad karya Anton Chekov

Pemandangan

Bentuk dan keadaan yang abstrak dalam panggung kosong drama Yunani, sebagai contoh, seperti Electra karya Sophocles
7.       
Cahaya di panggung ke-lihatan berasal dari sumber yang alamiah --lampu dalam sebuah ruangan, atau matahari, seperti Ghosts karya Hendrik Ibsen

Pencahayaan

Cahaya lampu jatuh pada sudut yang aneh; juga, penggunaan warna cahaya lampu yang tidak beraturan. Contoh: spotlight biru pada penyanyi dalam komedi musikal
8.       
Pakaian yang biasa, seperti dipergunakan oleh tokoh-tokoh Fences karya August Strinberg

Pakaian

pakaian paduan suara yang ce-merlang dalam komedi musikal; pakaian aneh yang dipergunakan oleh Caliban, setengah manusia, setengah binatang dalam The Tempest karya Shakespeare
9.       
Kelihatan watak yang alamiah seperti Raisin in the Sun karya Hansberry

Tata Rias

Topeng yang dipakai oleh pe-main dalam tragedi Yunani atau dalam drama modern America Harrah karya van Itallic

Autar Abdillah
sumber :  Edwin Wilson, 1988, The Theatre Experinece, New York: McGraw-Hill Book Company, hal. 425-427

Topik Diskusi

1.          Jelaskanlah apa yang anda ketahui tentang drama dan teater Realisme!
2.          Mengapa teater realisme masih menjadi gerakan yang dominan hingga saat ini?
3.          Bacalah naskah-naskah drama realisme dan jelaskanlah apa yang menjadi tema masing-masing drama tersebut!
4.          Saksikanlah beberapa teater yang cenderung menunjukkan realisme, dan jelaskanlah unsur-unsur realisme dalam pertunjukan tersebut!
5.          Jelaskan perbedaan antara teater realistik dan non realistik!
Bersambung ke Pertemuan 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar