Selasa, 02 Oktober 2012


TEATER MODERN

Pertemuan 11

Ekspresionisme, dan Eksistensialisme

Ekspresionisme

·       Dari semua aliran, Ekspresionisme merupakan satu dari semua itu yang memberikan peningkatan sangat berarti pada tubuh teater modern, barangkali karena pengertiannya yang luas, dan kesatuannya terlihat pada ekspresionisme dalam seni visual.
·       Teater Ekspresionisme yang mana banyak ditemukan dalam gaya teater di Jerman sekitar dekade pertama abad dua puluh (khususnya di tahun 1920-an) mempertunjukkan dialog yang mengejutkan dan mengocok perut menjadi keutamaannya, dekorasi dibesar-besarkan atau dilebih-lebihkan dengan penuh keberanian, suara yang tajam menusuk, cahaya yang terang, banyak warna utama, sangat kasar menggunakan simbol, dan struktur yang pendek, kejam sekali, serta pemandangan yang menusuk untuk membangun kekuatan (dan biasanya memekakkan) klimaks.
·       Di Amerika, Eugene O’Neill hadir di bawah pengaruh Ekspresionis setelah muncul pada awalnya dalam Naturalisme, dan di tahun 1920-an O’Neill menulis seri drama yang meledak-ledak dengan menekankan kealamian manusia dalam perspektif industrial. Lakon The Hairy Ape, yang dipentaskan tahun 1921, merupakan contoh kasus penulisan naskah Ekspresionis. Meskipun drama ini kelihatan janggal, kasat mata, dan secara naif tidak efektif untuk masa sekarang, naskah ini cukup baik sebagai contoh dari ekstrimitas model yang populer dengan “aliran” pengarang (penulis lakon).
·       Kehebatan O’Neill terletak pada penggabungan pemberian efek visual dan penonton secara kasar dalam sebuah drama Ekspresionis, nyaris seperti manusia super power. Penggunaan siluet dalam pementasan dan tata lampu, “bayangan besar-besaran di mana-mana”, “keriuhan yang berisik”, “dentaman ganas yang bertenaga secara monoton”, “cahaya yang berapi-api”, “anak air sungai yang lengket penuh jelaga atau hitam”, nyanyian dan gerakan yang dibesar-besarkan secara berbarengan, ”secara terus menerus, memberikan catatan yang menjengkelkan” dari ”bunyi-bunyian peluit yang tak menaruh rasa kasihan sedikitpun”, teriakan sumpah serapah dan seruan yang dibesar-besarkan, khayalan binatang, dan ”horor, teror dari ketidaktahuan, kebrutalan yang tak berdasar, ketelanjangan dan tak tahu malu”, semua ini merupakan tipe ekstrim gaya Ekspresionisme awal abad dua puluh. Naskah juga menggambarkan bagaimana O’Neill dan teman-temannya di teater Amerika menolak Realisme dan Romantisme dalam usaha mereka untuk menghadirkan kehadiran langsung ideologi sosial dan kritisisme kebudayaan.

Drama Existensialis: No Exit (Terkurung)

·       No Exit (Huis Clos) merupakan salah satu drama pendek yang sangat memaksa yang pernah di tulis. Dalam satu-kenyataan fantasi teater ini di tulis pada tahun 1944 oleh Jean Paul Sartre, seorang filsuf Existensialis Perancis yang sangat terkenal, membuat sebuah “neraka” yang unik yang mana sebuah ruangan tanpa jendela atau cermin. Di dalam ruangan itu hadir tiga orang, yang baru saja meninggal, semua mengutuk dunia di bawah ini (dalam tanah) karena dosa keduniawian mereka. Mereka bertiga benar-benar orang sakit yang cerdas: Garcin, satu-satunya laki-laki, cenderung mengarah pada homosexual; juga satu diantara dua wanita bernama Inez. Estelle penghuni terakhir yang aneh, cenderung mengarah pada peri yang heterosexual; dia mengejar Garcin.
·       No Exit merupakan pernyataan Existensialis dramatik klasik, yang mana Sartre merupakan pelopor abad ini. Menggerakkan kembali unsur-unsur fantastik --bahwa ini merupakan neraka dan watak hantu, dan kita memiliki visi interaksi kemanusiaan Sartre: setiap individu selamanya kelihatan tegas dan menyatakan sendiri lewat matanya dari yang lain.
·       Menurut filsafat Existensialis, manusia selalu hidup terombang-ambing. Kemerdekaan memberinya kesepian dan kebersamaan membuat dia merasa tidak merdeka. Manusia memiliki kesadaran yang membuatnya jadi merdeka, tetapi juga membuatnya terlempar menjadi seorang pengembara yang yatim piatu di dalam hidupnya. Kemerdekaannya ibarat jurang yang menganga yang bagaimana pun juga tidak bisa di timbun. Karena itu, Sartre berteriak “Manusia di hukum untuk merdeka!”. Karya Sartre lainnya, antara lain The Flies (Les Mauches), Dirty Hand (Le Mains Sales), The Respectful Prostitude (Le Putain Respectueuse). 

Autar Abdillah, dari buku Theatre Brief Edition (1984:184-188) oleh Robert Cohen.

 

Ringkasan

Teater Ekspresionisme turut memberikan andil lahirnya pemikiran demokrasi dan kebebasan absolut manusia dalam menyikapi kehidupan sehari-hari. Meskipun sedikit lebih kasar, gejolak yang dimunculkan teater Ekspresionisme telah membuka perspektif kehidupan yang baru.
Sedangkan teater Eksistensialisme semakin mengukuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam drama dan teater untuk dijadikan nilai dasar kreativitas manusia dalam menumbuhkan khazanah kebudayaan yang luas.

Topik diskusi

1.          Apakah yang anda pahami tentang Ekspresionisme dan Eksistensialisme?
2.          Jelaskanlah, mengapa teater semacam Ekspresionisme dan Eksistensialisme ini lahir sebagai suatu bentuk kreativitas yang menonjol pada zamannya!
3.          Apakah anda dapat menemukan teater Ekspresionisme dan Eksistensialisme ini di lingkungan anda. Coba cari, apa yang menyebabkan teater Ekspresionisme dan Eksistensialisme ada atau tidak ada di lingkungan anda!


Bersambung ke Pertemuan 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar